fbpx

5 Fakta Fenomena Stunting di Indonesia, Angkanya Masih Tinggi

Written by ydsfpeduli

On Mei 17, 2024

Stunting, atau kekerdilan kronis, merupakan topik pembicaraan tentang kesehatan yang saat ini sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Fenomena stunting ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia.

Penderita stunting mengalami kondisi terhambatnya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak pada anak balita. Hal ini diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang ini bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga ancaman serius bagi masa depan bangsa.

Sebuah bangsa hendaknya mempersiapkan pemuda-pemuda yang sehat, kuat dan tangguh untuk keberlangsungan kehidupan yang baik di masa depan. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui saat ini tentang stunting. Berikut 5 fakta tentang fenomena stunting di Indonesia:

  1. Angkanya Stunting Masih Tinggi

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, tingkat stunting di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 24,2 persen. Dari angka ini menunjukkan bahwa 1 dari 4 anak balita di Indonesia mengalami stunting.

Tentunya angka ini menjadi angka yang masih mengkhawatirkan. Angka ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dari angka 27,2 %. Namun tingkat penurunan ini masih sangat jauh dari target pemerintah yang ingin menurunkan hingga 14%

  1. Mulai Terjadi Saat Kehamilan

Kita akan mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami stunting setelah berumur beberapa bulan atau beberapa tahun. Sebenarnya penyebab stunting ini terjadi saat kehamilan, sehingga terjadi sejak lama saat masa janin di dalam kandungan hingga 1000 hari pertama yang begitu krusial bagi perkembangan anak.

Anak-anak yang mengalami stunting umumnya kekurangan vitamin dan mineral penting, seperti zat besi, zinc, dan vitamin A. Hal ini dapat terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang dengan asupan protein hewani yang rendah.

Perilaku dan praktik pemberian makan yang kurang baik, seperti pemberian makanan yang tidak sesuai usia, stimulasi yang kurang, dan praktik pemberian makan yang tidak higienis, dapat menjadi penyebab stunting. Selain itu, kekurangan nutrisi pada ibu selama masa remaja, kehamilan, dan menyusui juga dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.

Baca juga artikel berikut :

7 Keuntungan Bersedekah Al-Quran, Hafalan Mereka Pahala untuk Anda

  1. Kondisi Orang Tua Berpengaruh Terhadap Stunting

Selain kekurangan gizi dan faktor ibu dan pola asuh, beberapa faktor lain juga dapat memperparah kondisi stunting pada anak, yaitu:

  • Infeksi pada Ibu
    Infeksi pada ibu hamil, seperti malaria, HIV/AIDS, dan tuberkulosis, dapat berakibat pada kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan faktor risiko stunting.
  • Kehamilan Remaja
    Remaja yang hamil dan melahirkan memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR dan stunting. Hal ini disebabkan oleh organ reproduksi yang belum matang dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak.
  • Gangguan Mental pada Ibu
    Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan dapat mempengaruhi pola makan dan asupan gizi ibu, sehingga berakibat pada stunting pada anak.
  • Jarak Kelahiran Anak yang Pendek
    Jarak kelahiran yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dapat menyebabkan ibu tidak memiliki cukup waktu untuk memulihkan kesehatannya dan memenuhi kebutuhan nutrisinya sebelum hamil kembali. Hal ini dapat meningkatkan risiko stunting pada anak berikutnya.
  • Hipertensi
    Hipertensi pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada aliran darah ke janin, sehingga berakibat pada BBLR dan stunting.
  • Rendahnya Akses terhadap Pelayanan Kesehatan
    Kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih, dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan anak, serta menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
  1. Kondisi Anak yang Mengalami Stunting
    Anak yang mengalami stunting mengalami pertumbuhan yang berbeda dengan anak seusianya pada umumnya. Melansir website RSUD Blora berikut ciri anak yang mengalami stunting:
  • Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
  • Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pubertas yang lambat
  • Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
  • Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

Secara umum ciri-ciri anak yang mengalami stunting seperti diatas. Namun tidak semua anak mengalaminya. Perlu adanya pemeriksaan medis untuk memastikan apakah anak mengalami stunting atau tidak.

  1. Partisipasi Aktif Semua Pihak

Stunting bukan hanya masalah pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab kita bersama. Sebagai warga negara yang baik kita bisa berperan aktif dalam menanggulangi stunting dengan hal, yaitu:

  • Meningkatkan pengetahuan tentang stunting
  • Menerapkan pola hidup sehat
  • Berpartisipasi dalam program pencegahan stunting
  • Menyebarkan informasi tentang stunting

Demikan 5 fakta tentang stunting yang perlu kita ketahui. Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita. Mari kita bersama jaga anak Indonesia dari stunting.

Yuk berdonasi melalui:

Rekening :

BSI : 5757 5858 55

BCA : 011 321 7771

Muamalat : 711 002 9306

An. Yayasan Dana Sosial Al-Falah

Informasi dan Konfirmasi : 081 333 951 332

You May Also Like…