Berbagi kepada sesama, bisa dalam bentuk apa saja, asalkan itu mampu memberikan manfaat bagi si penerima dan membantu menyelesaikan masalahnya. Bisa berupa materi, tenaga, waktu, ilmu dan sebagainya. Bahkan sebuah nasi bungkus yang mungkin terlihat kecil dan sederhana, ternyata jika terkumpul banyak, maka akan memberikan manfaat yang luar biasa. Seperti yang Si Jum lakukan. Si Jum yang merupakan kependekan dari Nasi Jumat, merupakan sebuah komunitas yang fokus menyalurkan sedekah berupa nasi bungkus setiap hari Jumat.
Gerakan ini dipelopori oleh Ustadz Andre Raditya di Klaten, Jawa Tengah dan sudah mulai menyebar di berbagai Kota termasuk Malang. Dhian yang merupakan salah satu koordinator Si Jum Malang juga sebenarnya tak menyangka bisa menjadi bagian komunitas ini. “Dulu sebelum bergabung dengan Si Jum, saya sudah sempat punya rutinitas berbagi juga bersama keluarga keliling-keliling pinggiran kota Malang, sebagai riyadhoh pribadi sih sebenarnya,” ungkapnya.
Hingga suatu ketika ia dipertemukan dengan seorang mahasiswa yang sering ikut kajian dengan ustadz Andre (founder Si Jum) dan menjembatani untuk bisa bergabung dan menjadi salah satu penkoordinir Si Jum Kota Malang. “2016 akhirnya dibentuklah Si Jum Malang dan saya dijadikan koordinatornya,” tukas Dhian.
Program utama Si Jum adalah berbagi nasi bungkus di masjid setiap hari Jumat. Ketika ditanya kenapa mengkhususkan hari Jumat dan tempatnya di masjid, Dhian menjawab bahwa Si Jum ingin gerakan dakwahnya berdampak maksimal, “Kata rasulullah, “sebaik-baik sedekah adalah ketika hari Jumat, sebaik-baik sedekah adalah makanan. Masjid juga menjadi tempat terbaik untuk bersedekah dan penerimanya pun Insyaa Allah tepat yakni para tamu Allah yang datang untuk sholat Jumat,” jelas Dhian.
Dana operasional Si Jum berasal dari para donator dan relawan yang aktif dan secara rutin mendukung dakwah ini. Pengurus yang aktif kurang lebih ada 15 orang. “Kita selalu open donasi dan menerima donasinya dalam berbagai bentuk, bisa berupa uang, bahan makanan, makanan siap saji, roti, kue, dan minuman,” tuturnya. “Jika ada yang menyalurkan bahan mentah, kita juga sudah siapkan tim dapur yang akan mengolahnya menjadi makanan siap santap,” imbuhnya.
Di Malang, ada kurang lebih 19 masjid yang di support Si Jum setiap Jumat. Dari masjid di Kota hingga Kabupaten. “Dulu ketika awal-awal terbentuk, kita juga sempat ditolak beberapa masjid, alasannya adalah karena dianggap mengganggu aktifitas masjid, jamaah jadi tidak khusyu’ karena membayangkan makanan hingga sempat juga dianggap ada afiliasi dari partai tertentu,” ceritanya. Namun seiring waktu, Si Jum mulai berkembang dan banyak diliput media, akhirnya banyak masjid yang mengajukan diri untuk bisa bekerja sama dalam dakwah mereka.
Saat ini Si Jum pusat juga sudah mulai mengembangkan program baru yakni warung makan gratis setiap hari. Selain itu, yang mulanya komunitas, akhirnya mulai memutuskan untuk menjadikannya sebuah Yayasan. “Alhamdulillah sudah mulai perlaihan ke Yayasan dan website resminya pun sudah dibuat yakni www.ayobuatbaik.com,” ujar Dhian. “Semoga bentuk ikhtiar dakwah ini mampu mengembalikan peradaban islam agar bisa kembali ke masjid, karena itu memang salah satu harapan terbesar kita, umat islam,” tuturnya.(syf)
YDSF Peduli