fbpx

Menjadi Pengendali Hawa Nafsu

Written by ydsfpeduli

On November 19, 2019

 

Oleh Ustad Hendra Ubay
Ketua Hijrah United, Pembina KUA Squad Indonesia,
Mudir Ma’had Cordoba Al Mubarokah

Imam Ghazali menyebut ada tiga bentuk perlawanan manusia terhadap hawa nafsu. Yang pertama, nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan hawa nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik daripada yang buruk. Yang kedua, nafsu lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yakni ketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya. Yang ketiga adalah nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.

Meskipun demikian, sejatinya, hawa nafsu adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada manusia. Sehingga akan menjadi pembeda mana malaikat dan mana manusia. Serta sebagai pembeda tentang besarnya perjuangan dan dibalik perjuangan itu ada pahala yang luar biasa ketika mampu melawan hawa nafsunya.

Allah subhanahu wata’ala mengilhamkan kepada kita, sifat fujur (berbuat maksiat) dan juga sifat taqwa, sehingga hawa nafsu itu memang Allah tancapkan kepada diri kita, maka tidak mungkin kita akan bisa selamat dari hawa nafsu itu jika kita tidak mendekat kepada Dzat yang menciptakan hawa nafsu.

Dan sebagaimana tidak mungkin ketika kita membeli sebuah produk dan ketika produk itu rusak dan kita tidak paham bagaimana memperbaikinya lalu kita enggan untuk mendatangi service center nya, maka tidak akan selesai, tetap rusak dan tidak akan terbenahi dengan sempurna.

Maka kita yang merupakan produknya Allah, ciptaannya Allah, dengan segala apa yang Allah tanamkan kepada diri kita, maka ketika kita memahami suatu kaidah didalam memahami hawa nafsu dan kita perlu mencari kuncinya bagaimana mengatasi hal ini, yaitu kita hampiri pencipta kita, Allah subhanahu wata’ala.

Namun terkadang muncul sebuah pertanyaan, “kenapa sih hawa nafsu diciptakan oleh Allah, kenapa tidak sifat taqwa saja sehingga kita bisa selalu taat dan patuh?.” Lalu kemudian jika pertanyaan seperti ini ada, maka apa bedanya kita dengan malaikat yang setiap detik beribadah dan berdzikir kepada Allah subhanahuwata’ala. Lalu ada pertanyaan lagi, kenapa Allah tidak menciptakan malaikat saja? Sehingga tidak perlu ada manusia yang nyatanya akan berbuat maksiat dan kerusakan.

Justru diciptakannya manusia itu adalah untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan derajat mulia melebihi malaikat. Dan Allah menanamkan sifat fujur itu kepada manusia agar kita mampu membedakan mana sifat taqwa dan tidak. Dan dari sinilah kita akan memperjuangkan pahala, memperjuangkan surga yang salah satunya dengan cara menaklukkan hawa nafsu. Maka hal ini adalah rahmat Allah yang luar biasa, karena Ia menyediakan sesuatu yang bisa bernilai pahala yakni hawa nafsu dengan cara mengendalikannya.

Tidak mungkin seseorang perang tanpa musuh dan untuk apa diciptakan senjata jika tidak untuk melawan musuh? Bagaimana mungkin kita ingin mendapatkan kemenangan tanpa perjuangan, tanpa terjun ke medan perang. Sehingga jika taqwa itu adalah senjata maka hawa nafsu itu adalah musuhnya dan kitalah yang harus bergerak dengan ketaqwaan, berjuang sekuat tenaga menundukkan hawa nafsu demi sebuah kemenangan yang Allah janjikan.

Karena dengan menggenggam ketaqwaan, kita akan mendapati bahwa tabiat taqwa itu adalah mendekat kepada Allah, menmabha ketaatan kepada Allah, mengurangi kemaksiatan-kemaksiatan dan menutupi setiap aib yang pernah kita lakukan sehingga disitulah letak perjuangannya kita bisa membedakan mana jalan ke surga dan ke neraka. Patutlah kita bersyukur dengan dianugerahinya kita dengan hawa nafsu.

Tentu saja tidak mudah untuk menjadi pengendali hawa nafsu. Karena sebuah tantangan yang mudah hanya cocok untuk tingkatan dasar, kelas receh dan tentunya hadiahnya pun tak seberapa. Sedangkan tantangan untuk melawan hawa nafsu adalah tantangan terberat dan membutuhkan perjuangan yang luar biasa, karena hadiahnya juga tidak tanggung-tanggung yakni surga yang terbentang luas yang disediakan dibalik perjuangan ini.

Bayangkan ketika kita sering mendapatkan kebenaran namun kita berusaha menolaknya karena kesombongan, disitulah hawa nafsu bermain. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” Dan ini adalah salah satu cara untuk menjadi pengendali hawa nafsu yakni mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebenar-benarnya upaya, dengan sekuat tenaga kita mengikuti jalannya. Meskipun itu tidak masuk akal. Karena akal kita memang sempit dan sesungguhnya hawa nafsu itu sering menutupi akal sehingga ketika sudah mendominasi, maka seseorang tidak akan masuk akal dalam berpikir dan bertindak.

Namun ketika kita sudah memiliki satu poros kebenaran, yaitu ketika dihadapkan sesuatu langsung tertuju kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi ketika marah seperti apa, ketika sedih apa yang nabi lakukan, ketika diuji masalah rumah tangganya, semua hal yang menimpa kita selalu tertuju ke sana yakni apa yang akan nabi lakukan. Hingga kita benar-benar tunduk mengikuti apa yang nabi contohkan tentunya dengan pedoman utama Al Quran dan As Sunnah.

Misal ketika nafsu amarah datang, apa yang nabi lakukan? Apa nabi pernah marah? Kapan nabi marah? Ketika apa nabi marah? Itu semua harus kita pahami sehingga kita bisa menempatkan amarah dengan benar. Karena ketika kita marah seperti nabi, tentu kita sudah melaksanakan sunnahnya dan Insyaa Allah bukan murka yang berkuasa tapi pahala yang tercipta. Mana sedih yang benar, bagaimana kegalauan yang mengantarkan ke surga seperti nabi dan sahabat yang galau tak bisa tidur memikirkan bagaimana menyebarkan agama islam, kegalauan yang berbobot yang tidak ditunggangi oleh hawa nafsu.

Banyak dari kita ketika amarah datang dan menguasai, kita tak lagi mampu melihat titik terang. Kita lupa dengan manual book kita, Al Quran dan sunnah. Kita memperturutkan hawa nafsu yang dia membisikkan tentang kepuasan pelampiasan yang ujungnya adalah sebuah keburukan yang akan menimpa orang lain dan kita sendiri.

Kita misalkan beli sebuah handphone baru dan itu baru pertama kali memegangnya. Tentu kita akan trial dan error dalam mengoperasikannya apalagi jika ada kerusakan. Kita mungkin masih sempat untuk bertanya pada orang yang mungkin kita anggap mereka paham dan mengerti cara memperbaikinya. Namun kita lupa bahwa ada yang tahu lebih dalam dan bisa memperbaikinya dengan baik, yakni service resmi dari produk tersebut yang seharusnya menjadi jujukan pertama.

Dalam mengatasi nafsu amarah saja, banyak sekali tutorialnya. Tidak hanya satu. Mulai dari  ta’awudz, diam, berganti posisi, berwudhu hingga sholat dua rakaat. Begitulah yang diajarkan dalam agama kita. Maka tidak akan menang seseorang dalam melawan hawa nafsunya jika ia tidak menjadikan Al Quran dan sunnah sebagai rujukan utama dan mencari literatur lain. Justru ia yang akan dikendalikan dan dikuasai oleh hawa nafsunya.

Maka puncak peperangan dengan hawa nafsu adalah ketundukan kita, kepatuhan kita dan kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya. Karena otomatis ketika kita belum bisa patuh dan tunduk terhadap setiap aturan Allah, artinya masih ada nafsu yang berperan dan menguasai hati. Nafsu keburukan yang menghalangi kita untuk tunduk kepada Allah, merasa enggan untuk mengikuti setiap perintahNya dan mengikuti apa yang Rasul ajarkan.

Pernahkah kita begitu merindukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?. Seberapa sering kita berdoa untuk bisa dipertemukan dengan Nabi di surga? Pernahkah kita bayangkan ketika kita bersama nabi di surga, apa yang akan kita lakukan?. Maka jika kerinduan itu tak pernah ada, bagaimana mungkin kita mampu menjadi pengendali bagi nafsu kita sendiri.

Kita terlalu sibuk dengan kecintaan kita terhadap dunia dan itulah ulah dari nafsu yang tak dikendalikan dengan benar. Hawa nafsu akan tumbuh lebat kepada setiap orang yang cinta terhadap dunia. Padahal dunia adalah tempat yang melelahkan, tempat yang hina dengan setiap keindahan semunya. Sudah saatnya nafsu ditundukkan. Jangan biarkan ada satu celah sedikitpun bagi hawa nafsu untuk kita perturutkan. Semoga kita semua dipertemukan oleh Allah di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat di surgaNya. (syf)

You May Also Like…

Tujuan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

Kebanyakan muslim di Indonsia memperingati kelahiran Nabi Muhammad atau maulid Nabi. Apa sih tujuan dari memperingati Maulid Nabi. Penjelasan lengkapnya akan sahabat temukan dalam artikel ini.

Hubungi Kami
Ada yang Bisa Dibantu?