Bulan Muharram, penanda Tahun Baru Islam, selalu menjadi momentum agung nan mulia yang sarat akan keberkahan dan panggilan untuk berbuat kebaikan. Muharram sering disebut bulannya anak yatim, Istilah ini sudah tidak asing dipakai oleh umat Muslim di Indonesia. Sahabat YDSF mengapa Muharram disebut sebagai bulannya anak yatim? Dan bagaimana menyantuni anak yatim sesuai adab rasulullah SAW? Yuk simak penjelasan dibawah ini.Nah,
Di Indonesia, tradisi menyantuni anak yatim pada 10 Muharram telah menjadi bagian dari budaya keagamaan yang inklusif, hampir seluruh masjid dan majlis taklim mengadakan perayaan tahun baru Islam yang di dalamnya terdapat santunan kepada anak yatim. Ulama seperti KH Sholeh Darat, dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah, menyebutkan bahwa 10 Muharram adalah hari untuk bergembira dengan sedekah, terutama kepada anak yatim dan fakir miskin. Kenapa Muharram identik anak yatim? Karena momen ini dijadikan sebagai pengingat untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam.
Tradisi ini juga dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa bersejarah pada 10 Muharram, seperti penyelamatan Nabi Musa dari Firaun dan penerimaan taubat Nabi Adam. Peristiwa-peristiwa ini menambah keistimewaan Hari Asyura, sehingga umat Islam termotivasi untuk memperbanyak amal saleh, termasuk menyantuni anak yatim. Kenapa Muharram disebut bulannya anak yatim? Karena bulan ini menjadi simbol keberkahan dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perbuatan mulia.
Yatim berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang kehilangan (kematian) ayahnya, bukan ibunya. Adapun piatu adalah istilah dalam bahasa Indonesia untuk sebutan bagi anak yang kehilangan (kematian) ibunya. Sehingga anak yang kehilangan (kematian) ayah dan ibunya sering disebut dengan yatim piatu. Masa keyatiman seorang anak itu ada batasnya, yaitu ketika ia telah baligh dan tampak rusyd (kemandirian) pada dirinya.
Anak yatim wajib disantuni karena ia kehilangan ayah yang wajib menanggung nafkahnya. Namun demikian, orang yang kehilangan (kematian) ibunya tetap wajib disantuni sebagaimana halnya anak yatim. Apalagi kalau kehilangan (kematian) kedua orang tuanya sekaligus.
Dalam Islam menyantuni anak yatim adalah anjuran yang sangat jelas, Bahkan keutamaan menyantuni anak yatim juga sering dibicarakan dalam Al-Quran.
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” (QS. Al Baqarah: 220).
Perintah menyantuni anak yatim langsung datang dari firman Allah SWT di atas. Selain itu, Allah juga pernah menegur hambanya yang merasa kekurangan rezeki boleh jadi karena tidak memuliakan anak yatim.
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.” (QS. Al-Fajr: 16-17).
Baca juga
Secara terperinci Nabi Muhammad Saw tidak memberi contoh bagaimana cara menyantuni anak yatim. Yang jelas, cara menyantuni anak yatim itu adalah dengan memuliakan, memperhatikan, memberi kasih sayang, memenuhi kebutuhan hidupnya (makan, minum, pakaian, tempat tinggal), pendidikannya, kesehatannnya dan segala sesuatu yang diperlukannya agar menjadi anak yang shalih, mandiri dan berguna. Berikut cara memuliakan anak Yatim sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW :
1.Merawat Anak Yatim dan Memenuhi Kebutuhan Mereka
“Barangsiapa yang mengurus anak yatim milik orang muslim, dalam makanan dan minumannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Merawat anak yatim dan memenuhi kebutuhan mereka adalah amal yang sangat mulia dan memiliki ganjaran yang besar di sisi Allah SWT. Selain itu, hadist ini juga menekankan pentingnya menjaga diri dari dosa yang tidak diampuni.
2.Memberikan Sedekah Berupa Sebagian Harta dan Pakaian
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya”. (HR. al-Bukhari no. 4998 dan 5659)
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menggambarkan betapa dekatnya kedudukan orang yang menyayangi anak yatim dengan beliau di surga. Hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai perbuatan menyantuni anak yatim dalam pandangan Islam.
Selain memberikan pakaian, juga bisa memberikan bantuan untuk pendidikannya.
di YDSF , menyediakan bantuan pendidikan yakni Program Back To School dan Beasiswa Pena Yatim, yang fokus membantu anak yatim di Indonesia mendapatkan alat tulis, keperluan sekolah dan biaya Pendidikan.
3.Mengusap Kepala Anak Yatim
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang laki-laki yang mengadukan kekerasan hatinya kepada Rasulullah Saw, maka beliau bersabda: ‘Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.’” [HR. Ahmad dengan perawi shahih].
Menurut hadis ini, mengusap kepala anak yatim dan memberi makan orang miskin mempunyai pengaruh yang sangat baik pada diri seseorang, yaitu dapat melembutkan hati yang keras. Mengusap kepala anak yatim adalah simbol atau cara menunjukkan empati dan kasih sayang, bukan ritual yang harus dilakukan. Adapun orang laki-laki membelai rambut anak yatim putri yang sudah menginjak usia remaja adalah dilarang karena menimbulkan fitnah.
4.Berkata Lemah Lembut dan Tidak Menghardiknya
Jangan pernah menghardik anak yatim ketika sedang memberikan santunan. Hal ini sudah dijelaskan lebih lanjut dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 6 : Artinya adalah jangan sampai memakan harta anak yatim dan lebih lanjut dijelaskan dalam Surah Ad-Dhuha dalam ayat 9 larangan untuk berlaku sewenang-wenang dengan anak yatim. Sesungguhnya itu adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT.
Menghardik itu bisa seperti menghina, mencaci maki, membentak, memarahi, bahkan merendahkannya.
Ketika hendak menyantuni anak yatim, jangan memberikannya secara kasar tetapi harus lemah lembut penuh kasih sayang. Hal ini juga sudah diceritakan ketika suatu hari di Kota Madinah Rasulullah SAW melihat seorang anak kecil yang tampak sedih.
Padahal hari itu sedang Idul Fitri, hari di mana semua orang merasakan kebahagiaan. Rasulullah SAW pun menghampiri anak tersebut dan bertanya apa yang membuatnya sedih. Ternyata anak tersebut ditinggal kedua orangtuanya.
Ayahnya telah wafat berperang dengan Rasulullah SAW, ibunya menikah lagi dan ayah tirinya mengusirnya dari rumah.
Kemudian Rasulullah menawarkan diri untuk menjadi ayahnya, Aisyah menjadi Ibunya dan Fatimah menjadi saudaranya.
Cara Rasulullah berbicara dengan anak kecil itu sangat lembut, penuh kasih sayang hingga bisa mengembalikan senyum anak yatim itu.
Rasulullah juga menghadiahkan pakaian yang layak untuknya, sungguh adab Rasulullah pada anak yatim ini sangat mengharukan.
Jadi, mengkhususkan bulan Muharram sebagai bulannya anak yatim boleh-boleh saja dengan maksud hanya sebagai penanda. Namun, jika dikhususkan menyantuni anak yatim hanya pada bulan Muharram saja dan tidak pada bulan lainnya hal ini tentu keliru. Karena Allah SWT dan Rasulullah SAW telah mensyariatkan kepada umat Muslim untuk senantiasa menyantuni anak yatim di mana pun dan kapan pun tanpa batas waktu tertentu.
Nah, itulah tadi bahasan singkat seputar Muharram bulannya anak yatim.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah menyantuni anak yatim merupakan anjuran yang dilakukan tanpa batas waktu tertentu. Adapun pengkhususan di bulan Muharram hanya sebagai penanda dan pengingat agar kita lebih peduli kepada anak yatim. Wallahu’alam Bishawab.
Sebagai bentuk kepedulian kepada anak yatim, Yayasan Dana Sosial Al-Falah memiliki program Bantuan khusus untuk Yatim & Dhuafa bernama orang tua asuh dan Pena Bangsa. Program ini merupakan program pemberdayaan dan pendidikan untuk anak-anak yatim dan dhuafa.
Selain diberikan santunan rutin setiap bulan, anak asuh juga diberikan bimbingan agama dan karakter agar menjadi anak-anak yang tangguh. Untuk itu, Yuk bantu Yayasan Dana Sosial Al-Falah dalam menjalankan program Orang Tua Asuh.
.
.
Sumber : https://baznas.go.id/artikel-show/Kenapa-Muharram-Identik-Anak-Yatim,-Ini-Asal-Usul-dan-Tradisinya-di-Indonesia/1587 https://yatimmandiri.org/blog/inspirasi/adab-rasulullah-pada-anak-yatim/