Maulid Nabi, atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, merupakan salah satu hari penting dalam kalender Islam. Bagi umat Islam di seluruh dunia, Maulid Nabi selalu menjadi momen istimewa yang dipenuhi dengan rasa cinta, syukur, dan penghormatan kepada Rasulullah. Lebih dari sekadar perayaan, Maulid Nabi juga sebagai ruang refleksi untuk menumbuhkan kembali kecintaan kepada Nabi serta meneladani jejak kehidupannya.
Apa itu Maulid Nabi?
Secara bahasa, kata maulid berasal dari bahasa Arab walada yalidu maulidan yang berarti “kelahiran”. Maka, Maulid Nabi berarti peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam kalender Islam, Maulid Nabi diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal.
Sejarah peringatan Maulid Nabi mulai dikenal sejak abad pertengahan, khususnya pada masa Dinasti Fatimiyah. Tradisi ini kemudian berkembang luas dalam peradaban Islam dan terus hidup hingga kini, sebagai bentuk ekspresi kecintaan umat Islam kepada Rasulullah.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi bukan sekadar memperingati hari lahir. Lebih dari itu, Maulid Nabi menjadi momentum untuk merenungkan makna kehadiran Nabi Muhammad SAW di dunia sebagai rahmatan lil ‘alamin yaitu rahmat bagi seluruh alam. Melalui ajaran Islam yang dibawanya, Nabi Muhammad SAW telah menebarkan cahaya kehidupan.
Momentum ini mengingatkan kita untuk menyempurnakan keimanan, bukan hanya melalui ibadah, tetapi juga melalui sikap dan akhlak sehari-hari. Nabi Muhammad SAW dikenal dengan akhlak mulia yang patut diteladani sepanjang masa. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Istilah uswatun hasanah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna dalam tutur kata, perbuatan, dan sikap. Keteladanan beliau tercermin dalam kelembutan tutur kata, kebijaksanaan dalam berdakwah, kasih sayang kepada sesama, serta kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang jujur, adil, pemaaf, dan penuh kasih, bahkan kepada mereka yang menentang dakwahnya. Hal ini ditegaskan pula dalam firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung,” (QS. Al-Qalam: 4)
Ayat ini memperlihatkan betapa luhur akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai panutan utama. Melalui akhlak mulia tersebut, kita diajak menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam berperilaku sehari-hari.
Baca juga:
Peringatan Maulid Nabi bukanlah sekadar tradisi, melainkan kesempatan berharga untuk menghidupkan kembali keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Melalui momen ini, umat Islam diajak memperdalam kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan meneladani akhlak mulianya. Semoga peringatan Maulid Nabi menjadi momentum untuk meneguhkan komitmen kita dalam meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW, sehingga ajaran dan teladan beliau senantiasa hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
https://www.arabiantongue.com/mawlid-al-nabi/ 
https://muhammadiyah.or.id/2024/08/meneladani-rasulullah-saw-dalam-kehidupan-sehari-hari-sebagai-muslim-sejati/ 




