Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organizaion (WHO) pada 11 Maret 2020 telah menyatakan wabah virus Corona sebagai pandemi global. Hampir seluruh negara mengalami keadaan yang sama, menghadapi kepanikan masyarakat. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai upaya penanggulangan memutus mata rantai virus corona maupun untuk menjawab keresahan di sektor lainnya. salah satunya kebijakan pada sektor pendidikan yang diampuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Pada 12 maret 2020, Kemendikbud menerbitkan dua surat edaran terkait pencegahan dan penanganan virus tersebut. Yang pertama, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan COVID-19 di lingkungan Kemendikbud dan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan. Akibat surat edaran tersebut maka apa dampak bagi para siswa-siswi ? , tentunya kebijakan belajar daring. Meniadakan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga sekolah di seluruh Indonesia diwajibkan untuk beralih dari pembelajaran dalam kelas (luring) , menjadi pembelajaran daring melalui berbagai aplikasi online.
Pembelajaran daring bagaikan dua mata pisau, bisa jadi kebijakan ini menjadi alternatif untuk calon penerus bangsa, namun juga bisa menjadi bomerang bagi bangsa Indonesia yang menjadikan anak-anak kurang pengawasan karena tidak efektifnya proses peningkatan kapasitas yang biasanya dilakukan di sekolah. Khususnya bagi masyarakat menengah kebawah.
Ratusan anak yatim dan dhuafa harus berjuang berdarah – darah untuk mengikuti kebijakan pembelajaran daring ini. Dua permasalahan yang timbul ialah tidak tersedianya gadget dan kesulitan akses kuota internet. Salah satunya ialah anak asuh YDSF yang bernama Qonita Al Amany yang sekarang masih menempuh bangku kelas 7 Mtsn 3 Malang, Qonita sapaan akrabnya tinggal di asrama LKSA Rabbani, mau tidak mau harus bergantian menggunakan gawai dalam pembelajaran daring.
Bergantian memang menjadi solusi namun apakah efektif sedangkan anak – anak yang lain juga menunggu giliran untuk mengerjakan atau mengikuti kelas daring dari sekolah mereka. Penggunaan gadget digunakan untuk apk zoom, googlemeet, grup belajar WA, edmodo, quiziz telegram dan sebagainya. Begitu banyaknya aplikasi yang digunakan dan kapasitas memori untuk menyimpan soal maupun jawaban dari tugas-tugas menjadi kendala tersendiri karena lemot dan harus rutin menghapus jawaban atau soal yang lama padahal file tersebut masih bisa digunakan untuk belajar. Selain itu sering kali memperoleh informasi tugas terlambat karena bergantian dalam pemakaian tersebut.
Pernah kejadian selain harus bergantian dengan tujuh anak lainnya yang berada di asrama untuk menggunakan gadget juga mendapati kelemotan yang luar biasa dalam akses kuota dan kehabisan kuota. Akhirnya Qonita tidak mendapatkan nilai dan mau tidak mau harus mengusulkan tugas serta ulangan untuk menyusul ketertinggalannya yang dikarenakan kurang memadainya sarana pembelajaran daring ini. Qonita merupakan anak asuh YDSF yang berprestasi dengan raihan rata-rata rapot tertinggi selama 3 tahun pada saat kelas 4 – 6 SD. Hafalan terbanyak kedua. Diterima di MTs 3 Malang melalui jalur prestasi. Cita – cita dari Qonita sendiri ialah menjadi peneliti atau Researcher agar hasil penelitiannya dapat bermanfaaat dan dapat memberikan dampak bagi masyarakat secara luas khususnya untuk mereka yang berada dilapisan menengah bawah.
Qonita hanya salah satu dari sekian banyak anak asuh YDSF yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring. Persoalan yang lain masih banyak keluarga yatim dan dhuafa yang harus meminjam gadget saudaranya, ada yang harus berkunjung kerumah saudaranya untuk mengakses internet untuk mengikuti proses pembelajaran daring.
Oleh karena itu YDSF berupaya meringankan beban keluarga yatim maupun dhuafa untuk penguatan pembelajaran daring, selain mendukung kuota internet untuk belajar, YDSF juga mendukung menyediakan gadget untuk anak-anak yatim dan dhuafa agar pembelajaran daring bisa yang diikuti anak-anak menjadi lebih efektif dan hal ini menjadi pijakan anak-anak untuk lebih mudah meraih cita cita mereka.