Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk (QS al Kahfi : 13).
Al Quran berisi tentang kisah nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam. Sebagian lain berisi tentang tauhid, keimanan, perintah ibadah, fiqih ibadah dan sebagainya. Allah Ta’âlâ menceritakan hakikat kisah-kisah nabi dan rasul dengan segala kebenarannya. Sehingga kisah-kisah tersebut mampu menjadi landasan hidup kita di dalam menemukan kebenaran.
Di dalam Surat Hûd ayat 120, Allah Ta’âlâ berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. Kisah yang terkandung didalam Al Quran merupakan wasiat bagi orang yang beriman. Wajar saja, jika orang yang tidak beriman mengatakan bahwa Al Quran hanya berisi dongeng belaka. Sehingga idealnya, orang beriman yang mempelajari dan memahami banyak kisah dari Al Quran akan makin besar keimanannya. Adapun beberapa kisah inspiratif yang terkandung dalam Al Quran diantaranya adalah :
- Pemuda Al Kahfi
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kalimat “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka…(Al Kahfi :13), merujuk pada para pemuda yang memperjuangkan kebenaran, berjalan di atas tauhid, meninggalkan perkataan-perkataan orang terkenal di zaman mereka—yang sudah terpuruk dalam kubangan dosa, mereka meninggalkan itu semua demi al haq dan tauhid. Mereka pantas mendapatkan pujian dari Allah Ta’âlâ. Merekalah, para pemuda yang melawan hawa nafsu dan meninggalakan kenyamanan hidup demi menyelamatkan apa yang mereka yakini.
Ayat ke-13 Surat Al Kahfi sejatinya menyiratkan perintah Allah Ta’âlâ agar kita senantiasa memperjuangkan keimanan di masa muda. Allah Ta’âlâ akan memuji para pemuda yang mau berjuang melawan hawa nafsu dalam rangka menjaga diri dari perbuatan dosa. Pemuda yang tumbuh dewasa dalam ketaatan kepada Allah Ta’âlâ termasuk satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh-Nya dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
- Nabi Yusuf ‘alaihissalâm
Di dalam Al Quran kita juga dapat melihat contoh lain seorang pemuda yang gigih dalam memperjuangkan keimanannya. Namanya diabadikan dalam satu surat yang menceritakan tentang dirinya. Dia-lah Nabi Yusuf ‘alaihissalâm. Kisah yang masyhur tentang bagaimana beliau menjaga iman, melawan hawa nafsu, dengan menolak ajakan (maksiat) seorang wanita yang cantik serta mempunyai kedudukan.
Nabi Yusuf adalah model pemuda yang memiliki karakter yang kokoh, tidak mudah dibujuk atau dirayu dalam perbuatan maksiat. “Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (ihsan)” (Yusuf : 22).
- Nabi Ismail ‘alaihissalâm
Begitu pula dengan Ismail. Ketika ayahnya (Ibrahim ‘alaihissalâm) datang menghampirinya, menyampaikan hal yang boleh jadi sangat berat kita terima, namun Ismail menerima apa yang disampaikan ayahnya. “Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’” (Ash-Shaffat : 102).
Dialog di atas menunjukkan betapa hebatnya kualitas keimanan seorang Ismail. Oleh karena itu, Allah Ta’âlâ mensifati Ismail di dalam Al Quran dengan shâdiqul wa’di (orang yang benar janjinya). “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi” (Maryam : 54).
Pemuda yang taat beribadah mendapatkan perhatian lebih dari Allah Ta’âlâ daripada taatnya orang yang sudah tua menjadi beralasan karena pemuda merupakan fase dimana manusia berada dalam puncak kekuatannya. Potensi inilah yang harus dikembangkan dalam kebaikan. Allah Ta’âlâ berfirman : “Dialah Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa” (Ar-Rum : 54).
Apabila para pemuda yang begitu besar gelombang syahwatnya, kemudian dia sanggup mengontrol dirinya dari hawa nafsunya sehingga ia tetap beribadah, inilah yang luar biasa. Allah Ta’âlâ akan puji mereka. Semoga beberapa kisah di atas dapat dijadikan motivasi bagi para pemuda Islam agar menjadi pemuda yang inspiratif dalam melakukan ketaaan kepada Allah Ta’âlâ. Wallâhu a’lam.